perencanaan pendidikan



NOMENKLATUR, STRUKTUR/TINGKATAN, JENIS DAN BENTUK PERENCANAAN PENDIDIKAN
MAKALAH
Disusununtuk MemenuhiTugas Mata KuliahPerencanaan Pendidikan yang dibina/diampuoleh Nunuk Hariyati, M.Pd.

Oleh :
Rizkiyatul Hasanah                             17010714021
Adona Safira                                       17010714026
Ahmad Matinul Haq                           17010714028
Maulidia Hardiasanti                          17010714063
2017 B
FakultasIlmuPendidikan
UniversitasNegeri Surabaya
Manajemen Pendidikan
                                                                   September 2017
Kata Pengantar

            Segala puji syukur kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat dan hidayah-Nya akhirnya “Makalah tentang Nomenklatur, Struktur dan Tingkatan Jenis serta Bentuk Perencanaan” ini dapat terselesaikan.
            Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Pendidikan serta untuk membantu para mahasiswa dalam memahami materi ataupun dalam kesulitan belajar.
            Pembuatan makalah ini dapat terselesaikan karena tidak lepas dari bantuan dari dosen kami yaitu Ibu Nunuk Hariyanti, M.Pd serta teman – teman semua. Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan nasehat yang membangun demi perbaikan makalah kami selanjutnya.


Surabaya, 18 September 2017


Penulis













Daftar Isi
Kata Pengantar………………………………………………………………………………… ii
Daftar isi ……………………………………………………………………………………… iii
BAB I : PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ………………………………………………………………………… 4
B.     Rumusan Masalah …………………………………………………………...………… 5
C.     Tujuan ……………………………………………………………………….………… 5
BAB II : PEMBAHASAN
A.    Pengertian Perencanaan Pendidikan  …………………………………………………… 6
1.      Definisi Perencanaan ……………………………………………………………….. 6
2.      Definisi Pendidikan …………………………………………………………………. 6
3.      Definisi Perencanaan Pendidikan ……………………………………...…………… 7
B.     Tingkatan Perencanaan Pendidikan ……………………………………….……………. 8
1.      Tingkat atas (top level) ………………………………………………….………….. 9
2.      Tingkat menengah (midle level) ……………………………………………………. 9
3.      Tingkat bawah (botton-up) ………………………………………………………… 10
C.     Jenis Perencanaan Pendidikan …………………………………………………………. 11
1.      Menurut Besarannya (Magnitude) …………………………………………………. 11
2.      Menurut Tingkatannya ……………………………………………………………... 12
3.      Menurut Jangka Waktunya ………………………………………………………… 14
D.    Bentuk Perencanaan Pendidikan ……………………………………………………….. 16
1.      Perencanaan jangka panjang (long range planning) ……………………………….. 16
2.      Perencanaan jangka pendek (short range palnning) ……………………………….. 16
3.      Unit pembelajaran ………………………………………………………………….. 16
BAB III : PENUTUP
A.    Kesimpulan …………………………………………………………………………… 18
B.     Saran ………………………………………………………………………….………. 18
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………… 19






BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Setiap pembelajaran perlu melakukan suatu perencanaan dalam setiap kegiatan pembelajaran, baik perencanaan produksi, perencanaan belajar, medis, dan tempat. Perencanaan (planning) merupakan proses dasar bagi pembelajaran untuk memilih sasaran dan penetapan bagaimana cara mencapainya. Oleh karena itu, perusahaan harus menetapkan tujuan sarana dan sasaran yang hendak dicapai sebelum melakukan proses – proses perencanaan.
Perencanaan diperlukan dan terjadi dalam berbagai bentuk proses pembelajaran, sebab perencanaan ini merupakan proses dasar manajemen di dalam mengambil suatu keputusan dan tindakan.  Perencanaan diperlukan dalam berbagai jenis kegiatan, baik itu kegiatan belajar mengajar disekolah maupun kegiatan di masyarakat, dan perencanaan ada dalam setiap fungsi – fungsi manajemen, karena fungsi – fungsi tersebut hanya dapat melaksanakan keputusan – keputusan yang telah ditetapkan.
Perencanaan merupakan tahapan paling penting dari suatu fungsi manajemen, terutama dalam menghadapi lingkungan eksternal yang berubah dinamis. Dalam era globalisasi ini, perencanaan harus lebih mengandalkan prosedur yang rasional dan sistematis dan bukan hanya pada intuisi dan firasat (dugaan).
Pokok pembahasan pada makalah ini berfokus pada elemen – elemen tertentu dari proses perencanaan dan proses yang sangat berhubungan dengan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Kemudian memperkenalkan konsep perencanaan dan menyajian sejumlah pendekatan untuk mengefektifkan perencanaan dari berbagai jenis.
Dalam manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen, karena tanpa fungsi perencanaan fungsi – fungsi lain yaitu pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tak akan dapat berjalan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu perencanaan pendidikan ?
2.      Bagaimana tingkatan perencanaan pendidikan ?
3.      Apa jenis perencanaan pendidikan ?
C.     Tujuan
1.      Dapat menjelaskan pengertian perencanaan pendidikan.
2.      Dapat menjelaskan tingkatan perencanaan pendidikan.
3.      Dapat menjelaskan jenis – jenis perencanaan pendidikan.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Perencanaan Pendidikan
1.      Definisi Perencanaan
a.       Perencanaan menurut Bintoro Tjokroaminoto ialah proses mempersiapkan kegiatan – kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
b.      Perencanaan menurut Prajudi Atmosudirjo ialah perhitungan dan penentu tentang sesuatu yang akan dijalankan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, siapa yang melakukan, bilamana, dimana, dan bagaimana cara melakukannya.
c.       Perencanaan menurut Siagin ialah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang menyangkut hal – hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Jadi, penulis menyimpulkan bahwa perencanaan ialah mencakup suatu pemikiran yang sadar, tujuan – tujuan yang hendak dicapai, penggunaan sumber daya, dan tindakan yang akan dilaksanakan.
2.      Definisi Pendidikan
a.       Pendidikan berasal dari kata “didik”. Lalu kata ini mendapat awalan kata “me” sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberikan latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
b.      Menurut Bahasa Yunani, pendidikan berasal dari kata “Pedagogi” yaitu kata “paid” artinya “anak” sedangkan “agogos” yang artinya membimbing, sehingga pedagogy” dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar anak”.
c.       Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, kepribadian, masyarakat, bangsa dan negara.
d.      Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik seaca aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Jadi, menurut penulis pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyrakat.
3.      Definisi Perencanaan Pendidikan
a.       Yusuf Enoch, perencanaan pendidikan merupakan suatu proses yang mempersiapkan seperangkat alternative keputusan bagi kegiatan masa depan yang diarahkan kepada pencapaian tujuan dengan usaha yang optimal dan mempertimbangkan kenyataan – kenyataan yang ada di bidang ekonomi, sosial budaya serta menyeluruh dalam suatu negara.
b.      Bebby, C.E perencanaan pendidikan merupakan suatu usaha melihat ke masa depan dalam hal menentukan kebijaksanaan prioritas, dan biaya pendidikan yang mempertimbangkan kenyataan kegiatan yang ada dalam bidang ekonomi, sosial dan politik untuk mengembangkan potensi sistem pendidikan nasional memenuhi kebutuhan bangsa dan anak didik yang dilayani oleh sistem tersebut.
c.       Guruge (1972) perencanaan pendidikan merupakan proses mempersiapkan kegiatan di masa depan dalam bidang pembangunan pendidikan.
d.      Albert Waterson (Don Adam 1975) perencanaan pendidikan adalah investasi pendidikan yang dapat dijalankan oleh kegiatan – kegiatan pembangunan lain yang di dasarkan atas pertimbangan ekonomi dan biaya serta keuntungan sosial.
e.       Coombs (1982) perencanaan pendidikan adalah suatu penerapan yang rasional dianalisis sitematis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif fan efisien serta sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para peserta didik dan masyrakat.
f.       Y. Dror (1975) perencanaan pendidikan merupakan suatu proses mempersiapkan seperangkat keputusan untuk kegiatan – kegiatan di masa depan yang di arahkan untuk mencapai tujuan – tujuan dengan cara – cara optimal untuk pembangunan ekonomi dan sosial secara menyeluruh dari suatu negara.
Dengan demikian definisi perencanaan pendidikan apabila disimpulkan dari beberapa pendapat tersebut menurut penulis adalah suatu proses intelektual yang berkesinambungan dalam menganalisis, merumuskan, dan menimbang serta memutuskan dengan keputusan yang diambil harus mempunyai konsistensi (taat asas) internal yang berhubungan secara sistematis dengan keputusan – keputusan lain, baik dalam bidang itu sendiri maupun dalam bidang – bidang lain dalam pembangunan, dan tidak ada batas waktu untuk satu jenis kegiatan, serta tidak harus selalu satu kegiatan mendahului dan didahului oleh kegiatan lain.


B.     Tingkatan Perencanaan
Pada umumnya, manajemen memiliki tanggung jawab yang sama yaitu, melakukan perencanaan, pengornanisasian, pengarahan, pengendalian, serta penyusunan staf. Kebutuan akan adanya perencanaan tidak hanya ada pada satu tingkat (puncak) saja dari suatau organisasi melainkan setiap tingkat dan setiap bidang usaha memerlukan adanya perencanaan bila menghendaki suatu usaha yang efisien dan efektif.
Sudah barang tentu perencanaan yang dilakukan pada berbagai tingkat oraganisasi itu tidak sama tentang cara merumuskannya maupun isi dan sifatnya. Namun dari sisi tingkat atau level manajemen dapat dibagi menjadi tiga macam :         
1.      Tingkat atas (top level)
Pada tingkat ini perencanaan lebih bersifat memimpin, yaitu memberi petunjuk  serta menggariskan dalam segala hal, baik mengenai tujuan maupun caranya, jadi belum begitu positif untuk segera dapat dilaksanakan. Top level management terdiri dari Direksi (BOD) dan Chief Executive Officer (CEO). Chief Executive Officer juga disebut General Manager (GM) atau Managing Director (MD) atau Presiden. Direksi adalah wakil dari pemegang saham, yaitu mereka dipilih oleh pemegang saham yaitu mereka dipilih oleh pemegang saham perusahaan. Demikian pula Chief Executive Officer dipilih oleh Dewan Direksi dari suatu organisasi. Peran utama dari manajemen tingkat atas sebagai berikut :
a.       Manajemen tingkat atas menurut tujuan, kebijakan dan rencana organisasi
b.      Manajemen memobilisasi (merakit dan membawa bersama – sama)
c.       Manajemen tingkat atas kebanyakan bekerja dari pemikiran, perencanaan dan memutuskan. Oleh karena itu, mereka juga disebut sebagai administrator dan otak organisasi.
d.      Manajemen menghabiskan lebih banyak waktu dalam perencanaan dan pengorganisasian.
e.       Manajemen mempersiapkan rencana jangka panjang dari organisasi yang umumnya dibuat untuk 5 sampai 20 tahun.
f.       Manajemen tingkat atas memiliki kewenangan dan tanggung jawab maksimum. Manajer adalah otoritas atas atau akhir dalam organisasi. Manajer bertanggung jawab langsung kepada pemegang saham, pemerintah dan masyarakat umum. Keberhasilan atau kegagalan organisasi sangat tergantung pada efisiensi dan pengambilan keputusan.
g.      Manajer membutuhkan lebih banyak keterampilan konseptual dan kurang dalam keterampilan teknis.


2.      Tingkat menengah (midle level)
Pada tingkat ini merupakan penjabaran dan pelengkap dari perencanaan tingkat atas. Perencanaan lebih bersifat administrative (manajerial) yaitu sudah jelas menunjukkan kepada cara pencapaian tujuan dan bersifat memberi pentunjuk pelaksanaan dengan sebaik-baiknya. Middle level management teridiri dari Kepala Departemen (HOD), Manajer Cabang dan Eksekutif Junior. Kepala Departemen adalah manajer keuangan, manajer pembelian dan lain-lain. Manajer cabang adalah kepala cabang atau unit lokal. Juniro Eksekutif adalah asisten manajer keuangan, asisten manajer pembelian dan lain-lain. Manajer tingkat tengah dipilih oleh Manajer tingkat atas. Manajer tingkat menegah lebih menekankan pada tugas sebagai berikut :
a.       Manajemen tingkat menengah memberikan rekomendasi kepada manajemen tingkat atas.
b.      Menjalankan kebijakan dan rencana yang dibuat oeleh manajemen tingkat atas.
c.       Mengkoordinasikan kegiatan dari semua departemen.
d.      Manajer harus berkomunikasi dengan manajemen tingkat atas dan manajemen tingkat yang lebih rendah.
e.       Manajer menghabiskan lebih banyak waktu dalam koordinasi dan berkomunikasi.
f.       Manajer mempersiapkan rencanan jangka pendek departemen mereka yang umumnya dibuat untuk 1 sampai 5 tahun.
g.      Manajer tingkat menengah memiliki keterbatasan wewenang dan tanggung jawa. Mereka adalah perantara antara manajemen tingkat atas dan manajemen yang lebih rendah.
h.      Manajer bertanggung jawab langsung kepada CED dan dewan direksi.
i.        Memerlukan keterampilan lebih dan manajerial dan teknis dan kurang dalam keterampilan konseptual.
3.      Tingkat bawah (bottom-up)
Yaitu tingkat dimana tiap – tiap anggota kelompok lebih banyak mempunyai tugas menghasilkan sesuatu yang konkret. Maka sifat dari perencanaan pada tingkat ini juga lebih bersifat operatif, yaitu cara menjalankan sesuatu agar mencapai hasil yang maksimal. Low level management terdiri dari mandor dan pengawas. Mereka dipilih oleh manajemen tingkat menengah. Disebut juga tingakt pengawas / supervisor. Manajemen tingkat yang lebih rendah melakukan kegiatan sebagai berikut.
a.       Manajemen tingkat rendah mengarahkan para pekerja / karyawan.
b.      Manajer mengembangkan moral para pekerja.
c.       Manajer memelihara hubungan antara pekerja dan manajemen tingkat menengah.
d.      Manajemen tingkat yang lebih rendah menginformasikan para pekerja tentang keputusan yang diambil oleh manajemen. Manajer juuga menginformasikan manajemen tentang kinerja, kesulitan, perasaan, tuntutan dan lain-lain dari para pekerja.
e.       Manajer menghabiskan lebih banyak waktu dalam mengarahkan dan mengendalikan.
f.       Manajer tingkat yang lebih rendah membuat rencana harian, mingguan, dan bulanan.
g.      Manajer memiliki kewenangan terbatas, tetapi tanggung jawab penting untuk mendapatkan pekerjaan yang dilakukan dari para pekerja. Mereka secara teratur melaporkan dan bertanggung jawab langsung kepada manajemen tingkat menengah.
h.      Sering dengan pengalaman dan manajer dasar keterampilan, mereka juga memerlukan keterampilan yang lebih teknis dan kemampuan berkomunikasi.
C.     Jenis Perencanaan Pendidikan
Jenis perencanaan pendidikan ada beberapa menurut Fattah (2011:54-61) yang dibagi berdasarkan :
1.        Menurut besarnya (magnitude)
a.  Perencanaan makro
Perencanaan makro adalah perencanaan yang menentapkan kebijakan – kebijakan yang akan ditempuh, tujuan yang ingin dicapai dan cara – cara mencpai tujun itu pada tingkat nasional. Tujuan yang harus dicapai negara (khususnya dalam bidang SDM) adalah pengembangan sistem pendidikan untuk menghasilkan tenaga pembangunan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Secara kuantitaitf pendidikan harus menghasilkan tenaga pembangun yang terampil dan sesuai dengan bidangnya dan memiliki jiwa Pancasila. Menurut Pidarta (1988:58) “perencanaan makro pada umumnya ditangani oleh pemerintah pusat, atau dapat juga oleh kelompok tertentu tetapi mereka ditunjuk oleh pemerintah pusat pula”. Untuk melaksanakan fungsi perencanaan makro ini, strategi pendidikan hendaknya memenuhi syarat sebagai berikut :
1.      Tujuan pendidikan nasional telah dirumuskan dengan jelas. Tujuan ini dijabarkan kembali menjadi tujuan – tujuan lebih spesifik.
2.      Pemrintah memegang peranan utama dalam pengembalian keputusan dan menciptakan mekanisme kerja yang efektif.
3.      Sumber – sumber pembiayaan harus dimobilisasikan dari sector yang ada.
4.      Prioritas harus disusun, baik yang berkenaan dengan bentuk, tingkat dan jenis pendidikan.
5.      Alokasi biaya harus disediakan menurut prioritas yang telah ditetapkan.
6.      Penilaian yang berkesinambungan harus selalu dilaksanakan dan program direvisi berdasarkan penilaian itu.
7.      Pelaksanaan pendidikan mendapat latian sesuai dengan tugas yang akan dikerjakan.
Contoh dari perencanaan makro adalah tentang model penerimaan siswa/mahasiswa baru karena berlaku di seluruh tenah air, begitu pula perencanaan tentang kurikulum inti untuk SMA.
b.         Perencanaan meso
Kebijaksanaan yang telah ditetapkan pada tingkat makro, kemudian dijabarkan ke dalam program – program yang berskala kecil. Pada tingkat ini perencanaan sudah lebih bersifat operasional disesuaikan dengan departemen atau unit –unit. Menurut Pidarta (1988:5) “perencanaan meso adalah perencanaan yang ruang lingkupnya mencakup wilayah pendidikan tertentu, misalnya suatu provinsi dan dasar terjadinya perencanaan meso adalah akibat dari kondisi dan situasi daerah berbeda – beda”. Perencanaan meso di bidang pendidikan menengah dan dasar pada umumnya diprakarsai oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Pedidikan dan Kebudayaan di daerah bersangkutan. Sedangkan untuk perencanaan lembaga pendidikan tinggi bisa diprakarsai tiap perguruan tinggi di wilayah itu dengan mengikut sertakan semua perguruan tinggi yang ada di daerah itu.
c.    Perencanaan mikro
Perencanaan mikro diartikan sebagai perencanaan pada tingkat institusional dan merupakan penjabaran dari perencanaan tinkat meso. Kekhususan – kekhususan dari lembaga mendapat perhatian, namun tidak boleh bertentangan dengan apa yang telah ditetapkan dalam perencanaan makro maupun meso. Contoh perencanaan mikro, yaitu kegiatan belajar mengajar.
2.      Menurut tingkatannya
a.       Perencanaan strategic
Perencanaan stategik disebut juga perencanaan jangka panjang. Strategi itu menurut R. G. Murdick J.E Ross diartikan sebagai “konfigurasi tentang hasil yang diharapkan tercapai pada masa depan” (dalam Fattah, 2011:55). Pengertian perencanaan strategi juga diungkapkan oleh Johnson Kast Rozens-Weig yaitu “proses penentuan sasaran utama, kebijaksanaan yang mengatur pengadaan dan pendayagunaan sumber – sumber serta strategi yang mengatur sumber pengadaan dan penyalahgunaan sumber untuk pencapaian tujuan. Dapat juga disebut konsepsi di hari depan. Bentuk konfigurasi terungkap berdasrkan :
1.      Ruang lingkup
Ruang lingkup pendidikan menyangkut hasil – hasil pendidikan yang diharapkan, pemakai hasil pendidikan, pasaran pendidikan, kuantitas hasil pendidikan dan karakteristik yang ditentukan untuk hasil pendidikan.
2.      Hasil persaingan
Kemampuan hasil (produktifitas) pendidikan yang berkaitan dengan posisi suplai, pengelolaan yang spesifik dan kapasitas merespon terhadap gerak perubahan.
3.      Target
Spesifikasi target – target yang menegaskan penyataan kuantitatif tujuan – tujuan yang akan dicapai, profitabilitas dan investasi beserta perkiraan resiko atau faktor penunjang lainnya.
4.      Penataan sumber – sumber
Penentuan sumber – sumber pendidikan menyangkut alokasi pengembangan sumber daya kependidikan, faktor geografik dan kencenderungan perubahan dengan perubahan yang berkenaan dengan sistem nilai. Sistem nilai itu akan memberi arah terhadap konsep, gagasan maupun praktik – praktik kependidikan.
b.      Perencanaan koordinatif (managerial)
Sesui dengan namanya “perencanaan koordinatif ditujukan untuk mengarahkan jalannya pelaksanaan, sehingga tujuan yang telah ditetapkan itu dapat dicapai secara efektif and efisien.
c.       Perencanaan operasional
Pada umumnya “perencanaan operasional memusatkan perhatian pada apa yang akan dikerjakan pada tingkat pelaksanaan di lapangan dari suatu rencana stategik” (Fattah. 2011:58). Hal ini berarti bahwa setiao kegiatan dilaksanakan menurut prosedur, aturan, dan ketentuan yang ditetapkan secara jelas karena langsung melihat kondisi di lapangan yang menyebabkan munculnya data yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur serta biasanya dipergunakan juga dimensi uang.
3.      Menurut jangka waktunya
a.       Perencanaan jangka pendek
Perencanaan jangka pendek adalah perencanaan tahunan atau perencanaan yang dibuat untuk dilaksanakan dalam waktu kurang dari 5 tahun, sering disebut sebagai rencana operasional perencanaan ini merupakan penjabaran dari rencana jangka menengah dan jangka panjang.
b.      Perencanaan jangka menengah
Perencanaan jangka menengah mencakup kurun wanktu di atas 5-10 tahun. Perencanaan ini penjabaran dari rencana jangka panjang, tetapi sudah lebih bersifat operasional.
c.       Perencanaan jangka panjang
Perencanaan jangka panjang meliputi cakupan waktu di atas 10 tahun sampai dengan 25 tahun. Perencanaan ini mempunyai jangka menengah serta jangka pendek di dalamnya karena perencanaan jangka panjang ini juga memiliki pembabakan yang didapat dari perencanaan jangka pendek dan menengah yang fungsinya menyempurnakan perencanaan jangka panjang tersebut.

   Sedangkan menurut Nanang Fattah dan Djam’an Satori perencanaa pendidikan dibagi menjadi beberapa macam berikut :
1.      Top-Down Planning
2.      Bottom-Up Planning
3.      Diagonal-Horizontal Planning
4.      Rolling Plan
Secara umum jenis perencanaan yang telah disebutkan di atas saling berhubungan satu sama lain, dari perencanaan menurut besarannya, yakni makro, meso, mikro. Menurut tingkatannya yaitu strategic, koordinatif, dan operasional. Menurut jangka pendek, menengah dan panjang serta menurut arah perencanaannya yakni top-down, bottom-up dan diagonal-horizontal planning.
Perencanaan mikro tidak boleh lepas dari perencanaan maso dan perencanaan makro. Langkah dalam merancang perencanaan mikro tidak boleh keluar dari aturan yang telah dibuat dalam perencanaan meso dan perencanaan meso tidak boleh melanggar perencanaan makro.
Seperti halnya penerncanaan menurut jangka waktunya, merek saling terkait satu sama lain. Untuk menentukan perencanaan jangka panjang pasti akan dimulai dari perencanaan jangka pendek, kemudian jangka menengah. Atau bisa menentukan perencanaan jangka panjang untuk perencanaan jangka menengah, dan dari perencanaan jangka menengah dapat merancang perencanaan jangka pendek.
Setelah itu menjadi bukti bahwa jenis perencanaan di atas saling berkaitan adalah “ perencanaan operational dilakukan dalamm jangka pendek yang mencakup perencanaan makro, meso, maupun mikro” (Pidarta, 1988:63). Perencanaan jangka panjang berkaitan dengan perencanaan makro dan perencanaan strategi. Sedangkan perencanaa jangka pendek berkaitan dengn jenis – jenis perencanaan menurut besarannya terutama perencanaa mikro dan dengan perencanaan operasional.
D.    Bentuk – Bentuk Perencanaan Pembelajaran
Guru yang berperan sebagai perencana, harus dapat memutuskan bentuk perencanaan yang sesuai dengan ruang lingkup pekerjaan yang dibebankan kepada guru. Makean (Omar Hamalik: 1980) membagi bentuk – bentuk perencanaan kedalam tiga bagian, yaitu : perencanaan jangka panjang, perencanaan jangka pendek dan unit pembelajaran. Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut.
1.      Perencanaan jangka panjang
Maksud dari pernyataan perencanaan ini adalah mengembangan dan memelihara prespektif yang berkenaan dengan konsepsi secara menyeluruh tentang pembelajaran yang akan diberikan. Karena guru perlu memiliki keterampilan dalam membangun unit sumber dan unit pembelajaran yan memuat organisassi pendidikan.
2.      Perencanaan pembelajaran.
Harus fleksibel dan adaftif dan harus terarah pada kegiatan pembelajaran harian dalam kelas.
3.      Unit pembelajaran
Yang dikenal dengan satuan pembelajaran. Dalam perencanaan ini hendaknya siswa diberikan kesempataan memberikan kontribusinya terhadap perencanaan. Kesempatan ini akan turut memperkaya kemungkinan untuk mencapai tujuan intruksional.
Bersdasrkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan itu terbagi menjadi dua bentuk yaitu perencanaan jangka panjang dan jangka pendek.













BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Perencanaan merupakan tahapan paling penting dari suatu fungsi manajemen, terutama dalam menghadapi lingkungan eksternal yang berubah dinamis. Dalam era globalisasi ini, perencanaan harus lebih mengandalkan prosedur yang raisonal dan sitematis.
Perencanaan mirko adalah perencanaan yang menetapkan kebijakan – kebijakan yang akan ditempuh, tujuan yang ingin dicapai dan cara – cara mencpai tujuan itu pada tingkat nasional.
Perencanaan mikro adaalah perencanaan pada tingkat instusional dan merupakan pejabaran dari perencanaan tingkat meso. Contoh dari perencanaa mikro adalah kegiatan belajar mengajar.

B.     Saran
Sebaiknya dalam pengambilan keputusan dan tindakan dalam berbagai bentuk pembelajaran menggunakan proses dasar manajemen berupa perencanaan. Dala sebuah perencanaan perlu memperhatikan sifat rencana yang baik untuk mencapai hasil yang diinginkan.



















DAFTAR PUSTAKA

1.      Hasibuan, Malayu SP, (2011), Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, Jakarta: Bumi  Aksara.
2.      Ukas, Maman, (2004), Manajemen Konsep, Prinsip dan Aplikasi. Bandung: Agnini
3.      Gaffer, m.fakry. 1995. Perencanaan Pendidikan: Teori dan Metodology. Jakarta: Depdikbud.
4.      (online) : http://allinhereabout.blogspot.co.id/2015/03/proses-dan-tingkatan-perencanaan.html . diakses tanggal 12 september 2017.
5.      (online) : http://tuman-95.blogspot.co.id/2014/09/bentuk-bentuk-perencanaan-pembelajaran.html . diakses tanggal 12 september 2017.
6.      (online) : http://silvyaeka12.blogspot.co.id/2016/04/jenis-jenis-perencanaan-pendidikan.html . diakses tanggal 12 september 2017.


Komentar

Postingan Populer